Senin, 25 April 2016

Entah

Kau tahu, aku sendiripun tak tahu mengapa hingga kini masih saja menggurat sayat pada sisi hatiku. Aku sendiripun seringkali terhenyak, betapa aku merasa diriku seperti kanak-kanak. Tak percaya, ada perih yang merintih yang sebenarnya bagikupun membuat letih.
Ah, entah. Mungkinkah ridhoku belumlah sempurna? Atau keyakinanku yang masih juga kerdil untuk percaya pada kebaikan-Nya? Aku, membaca huruf-huruf yang tercetak di lembaran rasa, namun aku bahkan tak mampu untuk sekedar mengejanya.
Kau ingat, aku pernah berkata, “Bukanlah hal yang sulit untuk ikhlas, tapi menawar rasa, itu yang butuh waktu tak terkira.” Dan aku, kini terombang-ambing dalam gelombang jiwa yang tak bisa kuduga pasang surutnya.
Aku mencoba mencari duniaku sendiri, menikmati setiap tempat baru yang kini ku jejaki. Tapi, pada satu titik, tetap saja aku kembali, menatap duniamu, menatap perjalananmu. Masih saja aku ingin memastikan bahwa kau mampu sampai ujung tujuanmu, Dan itu yang sering kali menjadi duri yang menusuk kaki hatiku. Padahal, aku sendiri harus sampai pada akhir perjalananku. Tujuan kita beda, kan? Oleh karena itu, kita hanya sesaat bertemu. Di persimpangan itu.
Lalu salah siapa? Salahku sendiri, bukan? Aku tahu, aku sendiri yang melukai diri. Namun, bolehkah aku minta satu hal? Jangan kau usik ingatanku akan yang telah lalu. Setidaknya itu. Karena di sana, ada rasa yang tak ingin aku kembali mencicipnya. Ada suara yang tak ingin aku kembali mendengar kemerduannya. Ada warna yang tak lagi ingin ku ingat perpaduannya. Hanya itu inginku. Tolong, bisakah engkau membantuku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar