“Akhi, ta’aal nu’minu saa’ah”. Saudaraku, marilah sejenak kita beriman. Kalimat itu pernah diucapkan oleh Ibnu Rawahah. Dia menarik tangan Abu Darda, sahabatnya, dan mengajaknya untuk duduk, bertafakur, berdzikir, saling menasihati, berdiskusi tentang kebaikan, mengenali jalan-jalan taubat, menganjurkan infaq, berpuasa, shalat malam, dan lain-lain.
Parhatikanlah, bagaimana para salafush Shalih sangat memperhatikan keimanan mereka. Mereka mengajak saudaranya untuk bersama mengkondisikan diri dalam ketaatan. Majlis iman, itu istilah yang digunakan oleh ustadz Nursani. Majlis Iman, sebuah tempat untuk melembutkan hati dan menjadikan jiwa ini sensitif terhadap keburukan dan kebaikan.
Kesibukan dunia ini sangat beragam. Dari mata ini terbuka, sampai terpejam kembali selalu berhadapan dengan dunia dengan segala keindahan dan kesemrawutannya. Terlalu banyak waktu untuk melihat dan mengurus dunia. Tanpa kita cari, dunia itupun telah dekat dengan kita. Berbeda dengan akhirat, yang ghaib. Hanya orang-orang yang sadar, berusaha memiliki kesadaran dan berusaha menjadi orang beruntunglah yang akan menemukannya. Akhirat itu jauh dari mata, untuk itu, kita perlu sesuatu untuk menjaga akhirat tetap berada di hati kita.
Kita mutlak membutuhkan suatu komunitas. Kumpulan saudara-saudara seiman yang bekomitmen menuju kebaikan. Kita membutuhkan majlis iman ini untuk meneguhkan hati, berlomba menuju Rabbul Izzati, dan menemani perjuangan menuju tujuan sejati. Perhatikanlah, bagaimana seekor lalat dapat terbang dengan kecepatan 40 km/jam karena berada di dalam mobil yang memiliki kecepatan sekian. Lalat tidak akan tertinggal. Dia mendapatkan kekuatan tambahan dari lingkungan yang mengkondisikannya.
Sahabat-sahabat kita dalam halaqah adalah cermin bagi kita untuk berkaca, seperti apa wajah kita. Mereka yang akan memberitahu kita manakala di wajah kita terdapat noda. Dengan pengkondisian yang ketat pula, kita akan mampu melatih diri untuk membiasakan melakukan sesuatu yang besar. Belajar menata diri, karena kita tidak akan berhasil bila perjalanan kita tak bertujuan.
Halaqah adalah sarana tarbiyah. Majlis iman, yang seharusnya mampu mengingatkan kita dan mewarnai pribadi kita. Semakin lama kita mengikuti halaqah, sudah seharusnya pula kematangan diri kita terbentuk. Halaqah bukanlah sebuah rutinitas tanpa makna. Halaqah ideal seharusnya mampu membuat kita semakin ter-sibghah oleh Islam, mewarnai diri kita dengan Islam, senantiasa berjalan di jalan Islam, dan meningkatkan loyalitas kita terhadap Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar