“Nez, menurutmu kematian itu apa?”
Tanya seorang teman ketika itu. Ketika aku masih berseragam putih abu-abu.
Matanya menatapku lekat. Menagih jawab. Sementara aku ketika itu tersenyum.
Berusaha mencari jawab yang tepat. Kira-kira pas tidak jika aku jawab
pertanyaan itu dengan jawaban jujurku. Bismillah, akhirnya aku ungkapkan juga
jawabanku.
“Awal pertemuan.” Jawabku singkat
sembari tersenyum.
Ada jeda sejenak antara aku dan dia. Entah, aku tak bisa mengartikan arti
jeda itu. Apa yg berkecamuk di hatinya. Yang pasti inilah jawaban jujurku
ketika itu. Awal pertemuan. Pertemuan dengan Sang Tercinta. Dengan Sang Maha
Cinta. Sebuah jawaban yang tulus dari dalam jiwa. Sebuah jawaban yang mampu
membuat sahabatku terhenyak. Dia yang ketika itu menganggap bahwa kematian
awal kebebasan (Ah, ada-ada saja dia, semoga itu sekedar pikiran nakalnya), dia
yang ketika itu menganggap bahwa kematian adalah penyelesai dari segala
permasalahan. Kemudian ada tawa renyahnya. “He,he.. ternyata pikiranku
childish banget ya?” begitu kurang lebih maknanya.
Awal pertemuan,, makna yang aku
temukan, justru ketika aku beranjak dewasa. Ketika aku menjalani pendakian
mencari jati diri. Hal ini mungkin lebih dikarenakan kegemaranku membaca
buku-buku berbau shufi. Bahkan ketika itu, aku mengagumi seorang shufi wanita
yang terkenal itu, siapa lagi jika bukan Rabi’ah Al-Adawiyah? Ya, dalam pendakianku mencari jati diri kala itu,
benar-benar ku rasakan cinta. Ada kedekatan dengan dia? Seolah aku merasakan
kebenaran sabda Rasulullah,, Allah-lah yang menjadi telinga, Allah-lah yang
menjadi Mata, Allah-lah yang menjadi lisan, Allah-lah yang menjadi kaki dan
tangan. Ada cinta disana. Ada pencegahan dan penjagaan dari maksiat.
Ah, aku tidak ingin berdebat tentang Ibadah kaum shufi ini. Toh ketika itu,
aku hanya belajar dari mereka bagaimana mencinta. Aku masih punya khauf dan
Raja’ yang tertancap di dada.
Yang ingin aku katakan saat ini justru,, jika sekarang aku ditanya “Nez,
menurutmu kematian itu apa?”, justru saat ini aku akan berfikir ulang. Mengeja
kata. Dan entah, apa aku tahu jawabnya.
“Keniscayaan”, mungkin itu jawaban pertama. Dan entahlah apa yang
akan aku ungkapkan setelahnya. Mungkin bisa saja kau menjawab dengan jawaban
yang dulu, “Awal Pertemuan”. Ooh, tapi ku tak sanggup menelisik jauh, siapkah
aku dengan kata itu. Apa yang bisa menjaminku bisa bertemu dengan-Nya?
Amal-amal yang terpedaya ghurur? Amal-amal yang masih ternoda Riya’? Ada
telisik, ada tanya, yang tak mudah aku mendapat jawabnya.
Ya Rabb, apakah penyakit Wahn
telah menjangkitiku? Na’udzubillah,, semoga bukan itu ya Rabb. Hamba hanya
menrasa bahwa bekal hamba belum cukup menghadap-Mu. Belum pantas diri ini bertemu dengan-Mu. Ada titik
Khauf itu ya Rabb. Hamba takut amalan hamba selama ini hanyalah ketertipuan. Hamba
takut, hamba belum menata Raja’ pada takaran yang tepat. Begitu juga dengan
Hubb ya Rabb… Hamba takut, hamba belum jujur mencintai-Mu..
Allah,,, anugerahkan husnul khatimah kepada hamba
Allah,,, matikanlah hamba di jalan
kesyahidan, di jalan-jalan cinta-Mu
Ya, Rabb, teguranmu. Inilah
pengingatan-Mu kepadaku.
Mulai dari seorang Saudara dari UNDIP, Novi, yang beritanya Engkau kirimkan
kepada hamba. Meninggal dalam sebuah kecelakaan dalam perjalanan menuntut ilmu.
Dalam perjalanan dna cita-cita mengukir kebaikan bagi ummat.
Tepat berselang 10 hari, semalam
Kau kirimkan kabar serupa kepada hamba. Adik binaan hamba yang masih duduk di
bangku kelas dua SMA telah Kau ambil ya Rabb. Masih hamba ingat, lembutnya
wajah yang tercipta menghisnya. Masih ku ingat, merdu suaranya melantun
ayat-ayat-Mu yang mulia. Kecelakaan. Itu juga yang Engkau jadikan perantara
untuk menjemputnya.
Allah, mereka masih sangat belia.
Novi, barulah berumur 19 tahun. Sedangkan adik hamba, Miftahul Jannah barulah
kelas dua SMA, baru 16 kisaran umurnya.
Nyatalah kini ya Rabb, bahwa tamu
pemutus kenikmatan yang kau utus itu tak memandang usia. Teguran ini, mungkin
tepat satu tahun ketika Allah menegurku pertama kali. Tentang Fita, seorang
sahabat yang pergi satu bulan setelah wisudanya. Setelah gelar mahasiswa
terbaik diraihnya. Ada getar yang sama. Ada dahsyat yaang sama. Ada tanya yang
sama “Kapan giliranku?”
Allah, berikan hamba akhir hidup
yang husnul khatimah…
Teringat pula seorang Saudara jauh
yang kisahnya pernah diangkat dalam sebuah majalah. Seorang sahabat yang tiada
kenal lelah meniti dakwah. Seorang anak yang berbakti. Seorang aktivis yang
menginspirasi. Meninggalnya, dalam perjalanan dakwah, kecelakaan, tepat dalam
usia yang direncanakannya untuk menikah. Menyisakan beribu nasihat untuk orang-orang
yang ia tinggalkan. Wangi semerbak, yang tak dikenal aromanya di dunia
mengantarkan kepergiannya. Ah, entahlah… yang pasti aku sebagai seorang mikmin
percaya dengan yang ghaib. Aku percaya kuasa-Nya. Semoga pernikahannya dirayakan di surga.
Yang pasti mereka yang aku
sebutkan meninggalkan kebaikan untuk orang-orang di sekitarnya. Meninggalkan cinta dan mengajarkan cinta. Di usia
mereka yang masih muda.
Sedangkan aku, entah berapa noktah hitam yang melegamkan hatiku karena
maksiat yang mengisi hidupku selama ini. Aku belum tahu apa yang telah aku
tinggalkan untuk mereka. Kebaikankah, atau keburukan? Aku masih belum tahu, apa
yang terlintas di benak orang-orang yang aku kenal selama ini, ketika namaku
disebut. Seperti yang terlintas ketika nama fir’aun, Namrud, Israil atau
seperti Sumayyah, Khadijah, Aisyah, dan wanita-wanita agung lain? Yang pasti
aku belum dapat menyamai mereka. Jauuh.... terlalu jauh.
Lalu bekal apa yang telah aku
punya Ya Rabb?? Tsabbit qalbiy ‘alaa diinik, wa tha’atik. Allah, karuniakan kepada hamba cinta-Mu, cinta orang-orang
yang mencintai-Mu. Matikan hamba dalam kecintaan kepada-Mu Ya Rabb...
Ya Rabb, mudahkanlah hamba ketika menghadapi Sakaratul Maut. Pertemukan
hamba dengan Rasul-Mu dan manusia-manusia terpilih yang Kau kasihi. Ya Allah,
aku memohon Ridho dan Surgamu, ya Allah, hamba berlindung dari murka dan
neraka-Mu..
Tengaran, 15 November 2012/1 Muharram 1434
Aamiin..allahumma aamiin..
BalasHapussalam kenal ya mbak..
:)
Na'am Rahma...
BalasHapusTeman Hap's kan? Semoga berkah persaudaraan kita.
Hei hei.... Keren banget tulisannya. Iya tuh nez. Rahma itu temenku. Kamu juga temenku. Jadi kalian berdua temanku. (abaikan ini). Ahahahaha :-)
BalasHapusAnw, udah tanggal berapa ini nez??? Kok blum di update lg blognya. Jangan cuma jalan2 di blognya orang ajah :-P
BalasHapushe,heh!!!!
Hapusada sempit yang menyiksa himpit untuk sekedar melaku ketik... (apa itu??? :))