“Allah itu kaya’ setan!” Deg! Sakit saat mendengar kata itu, begitu pula saat menulis di sini. Ada rasa berdosa, dan takut yang bersemayam. Takut kalau ternyata saya berani menyamakan Allah, takut kalau saya dianggap menghina Allah dengan menyamakan-Nya dengan penentang-Nya, Tapi ya…. bismiLlah, semoga ini dapat menjadi pelajaran. Maha Suci Allah dari sifat yang tak layak di sifatkan.
Itulah kata yang diucapkan oleh dua orang anak yagng oleh orang tua mereka diminta kepada saya untuk mengajari ngaji, di tengah-tengah cerita tentang hal yang menyinggung ma’rifatuLlah. Dalam kepolosan, tanpa beban, kedua bocah kecil usia TK yang notabene belajar di TK Islam tersebut berucap. Ya, dua orang, dan memang hanya dua orang yang saat itu saya hadapi. Terus terang saya merasa kaget karena sepanjang saya mengisi di TPQ belum pernah saya dengar ada yang mengucap pendapat seperti itu.
Selama ini di TPQ memang saya selalu dihadapkan dalam keadaan yang bersifat formal, saya di depan menghadapi adik-adik yang duduk di hadapan bangku mereka, pun dengan skala kelas yang besar. Wajar jika selama ini tidak ada kesempatan bagi saya mendengar kalimat semacam itu keluar dari mulut-mulut kecil mereka.
Yang mengucapkan kalimat itu bukan adik-adik TPQ saya. Mereka adalah adik yang oleh orang tua mereka, minta diaJari ngaji. Saya jadi merenung ketika mendengar kalimat itu. Itukah yang selama ini diajarkan oleh ustadz-ustadzah, kyai, atau mungkin orang tua kita? Saya jadi berpikir apa waktu saya kecil, seperti itu juga anggapan saya tentang Allah? Na’udzubiLlah. Kalaupun ya, semoga Allah mengampuni saya. Oh belum berdosa, kaarena masih belum baligh? Ya semoga Allah menampuni orang tua saya, ustadz-ustadzah saya, guru-guru saya, atau siapapun yang pernah memperkenalkan Allah kepada saya.
Tampaknya hal ini memang patut didiskusikan. Ucapan dari dua bocah mungil tersebut setidaknya dapat kita gunakan untuk mngevaluasi seberapa besar keberhasilan kita memperkenalkan Allah kepada generasi penerus peradaban. Apa yang dapat mereka pahami tentang tuhan? Sungguh miris, ternyata mereka hanya (baru) dapat memahami bahwa tuhan itu kaya’ setan. Tuhan itu jahat, suka menyiksa, suka menghukum, kejam, salalu mengancam manusia dengan api neraka. Tuhan itu menyeramkan. Galak, bengis, dan tak pernah mengasihi manusia.
Inikah yang selama ini kita tanamkan? Selama ini kita lebih banyak menakut-nakuti anak. Kita terlalu menampilakan balasan akan surga dan neraka yang dalam usianya tentu belum dapat memahami. Kita akan lebih banyak berkata “ hayo dosa!”, “hayo nggak boleh”, “hayo nanti dimarahi Allah”, atau mungkin dengan cerita-cerita bahwa siapapun yang berbuat dosa kelak akan disiksa, dibakar dengan api neraka yang menyala-nyala. Penggambaran neraka inipun tampaknya terlalu di-hiperbola-kan untuk anak seusia mereka. Alhasil jadilah anak-anak mungil itu melakukan ketaatan karena terpaksa, karena takut nanti dihukum oleh tuhan yang suka menyiksa. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan.
Kenapa bukan hal yang sebaliknya yang berusaha kita tanamkan dengan intensitas yang lebih besar? Tuhan itu Maha Pengasih, Penyayang, Suka Memberi, Baik Hati. Mungkinkah baru sebatas itu pemahaman kita tentang ma’rifatuLlah? Atau mungkin selama ini kita juga belum bisa merasakan betapa Maha Kasih-nya Allah?
Inilah PR untuk kita. PR kita untuk menanamkan ma’iyatuLlah yang tidak menakutkan. Bahwa Allah itu Sayang, bahwa Allah itu Cinta, bahwa Allah itu selalu menemani kita. Memang, kita juga tetap harus memberikan gambaraan tentang ketidak-sukaan Allah kepada orang-orang yang tidak melaksanakan perintah-Nya, namun jangan sampai hal ini menimbulkan gambaran buruk tentang Allah dalam benak mereka. Hingga nanti anggapan generasi harapan umat bisa berubah. Jika saat ini mereka beribadah sambil diikuti perasaan “aku benci Allah”, semoga dapat berubah dengan ungkapan, “aku beribadah karena aku cinta Allah”.
Semoga kalimat yang menyakitkan hati itu dapat berubah menjadi kalimat yang membahagiakan dan mengharukan, dengan melihat generasi-generasi mencintai Rabb-nya. Sehingga kelak mereka tidak lagi berucap Allah itu kaya’ setan tetapi berucap Allah itu……….. , dengan penuh kecintaan.
1 Februari 2008
untuk para pendidik penerus peradabaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar