Selasa, 21 Juli 2009

Mereka Menunggu

Bercanda dengan dingin yang menggigit perlahan. Ada wajah-wajah kecil yang tertawa, meneriakkan kegembiraan. Mewarnai hari dengan kebersamaan dan kesederhanaan. Wanita-wanita perkasa pengabdi sejati, berjuang mengkader generasi peradaban dalam keterbatasan. Mereka bergerak, terus melangkah menjalani kehidupan dengan ilmu yang mereka pahami. Dalam segala keterbatasan mereka, ada kehebatan yang tidak orang lain punya.
Perhatikanlah Bu Latifah, yang dengan sabar mendidik anaknya, sambil menyampaikan ilmu-ilmu agama kepada anak-anak TPA. Dengan kesabarannya, anak-anak kecil itu telah pandai membaca al-Qur'an, menghafal do'a-do'a, memahami nadzam Syifa'ul Jinan, Alaalaa, Ta'lim Muta'allim, 'Aqidatul Awwam dengan penuh perhatian.
Penulis malu saat menatap, di kota yang selama ini penulis berpijak, adalah suatu keterasingan melihat pemandangan anak-anak yang bersemangat menuntut ilmu. Di tanah yang penuh dengan fasilitas, mereka justru tenggelam dalam ketergantungan. Di tempat yang padat informasi, mereka justru kehilangan jatidiri.
Tapi lihatlah, mereka, Anak-anak dusun Colok, kabupaten Magelang, yang orang tua mereka masih minim pendidikan. Yang bagi mereka lulus SD adalah suatu kewajaran. Yang saat ini hanya ada satu siswa SMA, dan tak lain adalah anak kepala Desa. Kecerdasan mereka terpancar dari wajah-wajah bersahabat yang mereka tunjukkan. Keistimewaan mereka terlihat dari kesederhanaan, yang mungkin tidak pernah mereka sadari, banyak orang menganggap itu adalah suatu ketertinggalan. Pakaian kotor penuh debu, kaki mungil hitam penuh limpur, kaki-kaki telanjang tak beralas sandal. Sekilas terlihatlah, mereka adalah anak-anak terbelakang, anak-anak tak berpendidikan. Tapi siapa sangka dibalik itu semua mereka memilki potensi besar?
Kapan kita akan bergerak? Bebaskan mereka dari ke"pasrah"an yang salah persepsi. Mereka membutuhkan uluran tangan dan motivasi kita untuk membangunkan spirit maju yang luar biasa. Mereka menunggu kita untuk mendampingi mereka akan pentingnya ilmu dalam kehidupan ini. Mereka menunggu kita untuk membuka kesadaran, meraih kemuliaan dengan ilmu. Mereka menunggu... Pejuang adan pengabdi pendidikan sejati yang mau berkorban untuk orang lain, mau terkorban demi suatu kejayaan. Itukah Anda??

Selasa, 07 Juli 2009

Tatsbit

Dengan sebuah harapan, aku yakin, aku bisa meniti hidup. Dengan cita-cita, aku percaya bahwa ada masa bahagia yang kan ku sapa. Dengan segengam asa, ada ketentraman, ketenangan untuk terus berjalan.
Meski tertatih,aku yakin, di ujung jalan nanti akan ku temukan putihnya cahaya, benderangnya purnama, dan hijaunya alam semesta menhgambar mengelus luka. Saat itu akan ada, mulut tersenyum setelah menangis. Mata berbinar setelah nanar. Aku bertahan karenaku punya harap. Harap itu ada karena ada sumber pengharapan. Sumber pengharapan yangs senantiasa mengalairkan inspirasi untuk bertahan. Yang selalu mengabarkan kebahagiaan kala berada dalam himpitan kesedihan...